Rabu, 30 Juli 2014

Aplikasi Uber, Permudah Calon Penumpang



Aksi unjuk rasa yang digelar puluhan ribu sopir taksi di beberapa negara Eropa sebagai bentuk protes terhadap aplikasi ponsel pintar, Uber, malah membuat program itu kian dikenal publik. 

Menurut perwakilan perusahaan Uber, terjadi kenaikan pendaftaran sebesar 85 persen ke aplikasi tersebut, dibandingkan hari Rabu kemarin, 11 Juni 2014.

Dilansir laman CNBC, Kamis, 12 Juni 2014, seorang pengajar di Cass Business School, Andre Spicer, menyebut aksi unjuk rasa itu merupakan promosi emas bagi Uber.

"Itu merupakan sebuah keuntungan tersendiri. Uber kini ada di benak semua orang. Banyak orang yang sebelumnya mungkin belum pernah mendengar apa itu Uber," ujar Spicer.

Jurnalis dan bahkan pemimpin aksi unjuk rasa kini membicarakan mengenai aplikasi ponsel pintar itu di berbagai berita. Mereka juga menjelaskan bagaimana cara kerja aplikasi itu.

"Justru, mereka memberikan 1.000 persen lebih kredibel dibandingkan perusahaan Uber sendiri yang menjelaskan," kata Spicer.

Hal itu justru merupakan berkah tersendiri, karena Uber menghadapi dua kesulitan utama. Satu, aplikasi tersebut tidak dikenal dan cara menjelaskan bagaimana teknologi tersebut berfungsi.

Sementara Uber menuduh serikat taksi London, Asosiasi Sopir Taksi Berizin, tidak ingin membuka diri. Uber turut meminta agar unjuk rasa tersebut dihentikan.

Perusahaan yang berbasis di San Fransisco, Amerika Serikat itu mengumumkan akan membuka layanan juga supaya calon penumpang bisa menggunakan jasa taksi hitam khas London. Sehingga, data mereka dapat dilacak oleh calon penumpang di aplikasi tersebut.

Uber mengatakan sebuah bumerang melihat ibukota London dalam keadaan lumpuh. Bagi Uber, cara ini baik bagi semua ketiga pihak yaitu sopir, taksi London dan perekonomian lokal.

Namun, perwakilan serikat perdagangan dan sopir taksi hitam, Peter Rose, meragukan niat Uber itu.

"Tidak ada dalam sejarah para sopir taksi menggunakan jasa perusahaan swasta. Ini bukan mengenai Uber yang kami protes, tetapi TfL. TfL seharusnya bersikap sebagai regulator yang sesuai," ujar dia.

Unjuk rasa yang digelar Rabu kemarin, dipicu para sopir taksi memprotes kebijakan Badan Regulasi Transportasi untuk London (TfL) yang mengizinkan Uber beroperasi. Para sopir mengkritik cara penghitungan biaya yang dikeluarkan calon penumpang mirip seperti naik taksi biasa.

Demonstrasi juga terjadi di negara Eropa lainnya, salah satunya di Milan, Italia. Di sana, calon penumpang bahkan ditawari potongan harga sebesar 20 persen.

Menteri Transportasi Italia Maurizio Lupi turut mempertanyakan legalitas aplikasi taksi itu sebagai satu-satunya sopir yang memiliki izin untuk beroperasi di Italia. Dua mobil yang dikendarai sopir Uber pernah disita oleh polisi pada tahun 2014.

0 komentar:

Posting Komentar

Buat yang mau komentar, silahkan tidak ada larangan berupa apapun. Namun usahakan menggunakan bahasa yang sopan dan santun.